Parafase komik :
Naruto Menjadi Cerpen
Judul : Pemandangan
Pengarang :
Masashi Kishimoto
Penerbit :
Pt GRAMEDIA
Para tokoh : 1. Hashirama 2.Madar
3. Tajima Uchiha 4.Tobirama
5. Izuna. 6.
Itama
Hasil saduran :
Ide Cerita : Pada pertemuan itu, mereka saling bertarung, saling
menunjukkan teknik shinobi mereka masing-masing, berlatih untuk menjadi lebih
kuat sekaligus bersaing. Madara kecil memukul Hashirama, begitu juga
sebaliknya. Mereka saling pukul dan terjatuh.
Meski usianya masih begitu belia,
Hashirama kecil sudah bisa berpikir mengenai merubah dunia tempatnya berada,
dunia Shinobi yang menurutnya keliru. Selain Hashirama, ternyata ada lagi bocah
lain yang berpikir tentang merubah dunia. Bocah itu tak lain adalah Madara.
Tapi daripada terkejut atau semacanya, Hashirama malah berpikir kalau Madara
adalah teman yang hebat.
"Yah, aku bisa mengerti dirimu
bahkan tanpa melihat bagian dalam dirimu." ucap Madara.
"Maksudmu?" Hashirama tak mengerti, dan kemudian Madara berkata,
"Lihat saja pakaian dan gaya rambutmu, kau payah."
Yah, mereka memang tidak memiliki
pikiran yang sama dalam segala hal. Setelah kejadian itu, mereka terus
mengadakan pertemuan-pertemuan, dan tetap tanpa mengungkap nama lengkap mereka.
Pada pertemuan itu, mereka saling
bertarung, saling menunjukkan teknik shinobi mereka masing-masing, berlatih
untuk menjadi lebih kuat sekaligus bersaing. Madara kecil memukul Hashirama,
begitu juga sebaliknya. Mereka saling pukul dan terjatuh.
"Taijutsu dan kumitemu bagus
juga. Kau bahkan bisa seri melawanku." ucap Madara. Tapi, Hashirama tak
setuju, "Seri apanya? Aku masih berdiri." ucap anak itu. Dan memang
benar, Hashirama masih berdiri setelah menerima pukulan tadi. Tapi kemudian,
batu kecil mengenai kepalanya dan ia terjatuh. "Apa katamu barusan?"
sindir Madara kecil.
Lelah bertarung, merekapun
beristirahat, duduk sambil membicarakan masa depan. "Masalahnya, bagaimana
bisa kita mengubah sesuatu? Aku bahkan tak bisa membayangkan pemandangan masa
depan yang bagus itu." ucap Hashirama. "Pertama-tama. kau harus
berpegang teguh pada idialismemu dan menjadi lebih kuat." ucap Madara,
"Kalau kau lemah, tak akan ada yang mau mendengarmu." lanjutnya.
"Benar juga. Kalau kita bisa
menguasai banyak jutsu dan menjadi lebih kuat, orang dewasa pasti tak akan
menghiraukan kita lagi." ucap Hashirama. "Kau harus melampaui
kelemahan dan jutsu yang tak kau kuasai." ucap Madara, "Yah, aku
sendiri sudah lebih kuat dari pada rata-rata orang dewasamu tentang itu."
lanjutnya.
Madara kemudian turun ke sungai, dan
buang air kecil. Mula-mula, air yang keluar cukup lancar. Namun mendadak, ia
gemetar dan airnya tak mau mengalir. "Jadi benar ya kau tak bisa ..."
"Sudah kubilang kan jangan
berdiri di belakangku!!!!" bentak Madara.
"Aha, aku menemukan
kelemahanmu." ucap Hashirama. "Akan kulempar kau ke tempat aku
pipis!!" bentak Madara. Semakin sering mereka bertemu, mereka menjadi
semakin dekat dan akrab.
Suatu ketika, Hashirama kecil datang
dengan suatu berita, "Madara, aku punya jutsu baru yang luar biasa!! Ayo
kita kuasai bersama-sama!!" ucap Hashirama. "Heh? Jutsu macam
apa?" tanya Madara. Kemudian Hashirama menjelaskan, "Sebuah Taijutsu
rahasia, teknik elemen api super genjutsu pemotong kunai besar tetes
ganda."
"Uhm ... aku tidak
mengerti." ucap Madara.
"Hmm, gimana ya cara
menjelaskannya, oh ya, itu ..."
"Cukup!!" bentak Madara,
"Hari ini kita akan bersaing lomba balap panjat tebing." ucapnya.
Hashirama mendadak depresi. "Hei hei, jangan selalu depresi seperti itu,
itu kelemahanmu." ucap Madara. Namun tiba-tiba, Hashirama bangun dan
berlari naik bukit. "Ahaha, aku pertama!!" teriak Hashirama.
"Hei, curang!! Kau
menipuku!!" teriak Madara dan kemudian mengejarnya. Pada akhirnya,
Hashirama sampai di puncak terlebih dahulu. "Aku menang!!" ucapnya.
"Tentu saja, kau mulai lebih dulu." ucap Madara.
Di atas bukit itu, mereka duduk,
sambil melihat pemandangan hutan.
"Kau bisa melihat pemandangan
seluruh hutan dari sini." ucap Hashirama. "Yah, kau bisa melihat
kejauhan dari sini. Tapi, aku yakin kalau masalah melihat, kau pasti tak akan
bisa mengalahkanku. Mau bersaing?" tantang Madara. "Eh? Kenapa
tiba-tiba? Kelihatannya kau begitu bangga pada matamu?"
"Tentu saja! Aku memiliki sha
..." Mendadak Madara diam. "Ada apa?" tanya Hashirama.
"Tidak. Pada akhirnya, aku tidak sehebat itu." ucap Madara. "Eh?
Aneh sekali kau berbicara seperti itu." ucap Hashirama. Kemudian Madara
kembali berkata, "Kalau saja aku hebat, pastinya saudaraku tidak akan
mati. Aku bahkan tak mampu melindungi mereka ..."
Hashirama teringat akan Itama, dan
kemudian mengerti bagaimana perasaan Madara. Hashirama lalu bertanya, "Apa
kau masih punya saudara tersisa?" Madara menjawab, "Ya, aku masih
memiliki seorang adik. Dan aku akan melindunginya apapun yang terjadi."
"Ya!!" Hashirama mendapat
suatu ide, "Ayo kita buat perkampungan kita di sini! Ayo kita buat tempat
dimana anak-anak tak akan perlu saling membunuh!! Lalu kita membangun sekolah
dimana mereka akan diajari untuk menjadi lebih kuat!! Kemudian misi akan
diberikan berdasarkan kemampuan. Para senior melakukan misi berbahaya,
sementara anak-anak tak akan dikirim ke misi yang membahayakan nyawa
mereka!!"
"Haha, kau satu-satunya yang
punya ide bodoh seperti itu." ucap Madara. "Lalu, apa idemu?"
tanya Hashirama. "Yah, itu, setelah kita membangun perkampungan itu, aku
akan mengawasi adikku dari sini." jawab Madara. Kemudian, mereka saling
tersenyum.
"Ya!!" Hashirama mendapat
suatu ide, "Ayo kita buat perkampungan kita di sini! Ayo kita buat tempat
dimana anak-anak tak akan perlu saling membunuh!! Lalu kita membangun sekolah
dimana mereka akan diajari untuk menjadi lebih kuat!! Kemudian misi akan
diberikan berdasarkan kemampuan. Para senior melakukan misi berbahaya,
sementara anak-anak tak akan dikirim ke misi yang membahayakan nyawa
mereka!!"
"Haha, kau satu-satunya yang
punya ide bodoh seperti itu." ucap Madara. "Lalu, apa idemu?"
tanya Hashirama. "Yah, itu, setelah kita membangun perkampungan itu, aku
akan mengawasi adikku dari sini." jawab Madara. Kemudian, mereka saling
tersenyum.
Setelahnya tempat itu menjadi desa
Konoha. Waktu itu, Hashirama membuat keputusannya. Ia memilih untuk menentang
segala peraturan yang menurutnya salah pada saat itu, untuk membuat
idealismenya menjadi kenyataan.
Madara dan Hashirama berada di dua
sisi sungai yang saling berlawanan, dan melempar batu pada masing-masing
sebelum berpiah. "Kita berdua sama-sama bisa ampai di sisi lain."
ucap Hashirama. "Batu itu batu yang bagus untuk dilempar, kau bisa terus
memilikinya sampai pertemuan kita selanjutnya." ucap Madara, dan kemudian
mereka benar-benar berpisah, kembali ke perkampungan klan masing-masing.
Baru saja Hashirama sampai, adiknya,
Tobirama sudah langsung memanggilnya. "Kakak, aku ingin bicara
denganmu." Tobirama mengajak kakaknya untuk bertemu dengan ayah mereka dan
bicara.
"Belakangan ini, kau sering
menemui seorang bocah, kan." ayah Hashirama tahu. "Bagaimana kau bisa
tahu?" tanya Hashirama. "Ayah menyuruhku untuk membuntutimu.
Kemampuan melacakku lebih baik darimu. Belakangan ini, kau sering keluar, itu
mencurigakan." ucap Tobirama.
"Aku sudah mencari informasi
mengenai anak itu. Ia berasal dari klan Uchiha." ucap ayah Hashirama.
"Dia bahkan membunuh beberapa shinobi berpengalaman dari klan kita.
Kelihatannya dia adalah shinobi yang memang berbakat sejak lahir."
Hashirama terdiam. Dalam hati ia
berpikir, "Jadi benar ya."
"Melihatmu tidak terkejut, aku
rasa kalian sudah saling mengetahui klan masing-masing?" "Tidak, aku
baru tahu. Dan sepertinya ia belum tahu tentangku." ucap Hashirama.
Kmudian ayahnya kembali berbicara, "Kau tahu apa artinya itu, kan? Aku
masih belum membicarakan ini dengan anggota lain klan kita. Kalau kau tak mau
dianggap sebagai mata-mata, lain kali kalau kau bertemu dengan anak itu lagi,
buntuti dia. Kemudian, bawa informasi mengenai klan Uchiha. Ini adalah misi.
Kalau dia sampai menyadarinya, bunuh dia."
Hashirama tertegun. Kemudian
bertanya dengan sedikit terbata-bata, "A-apa benar dia dari klan
Uchiha?"
"Ya." jawab ayahnya.
"Kalau dia sampai menyadari kalau kau dari klan Senju, mungkin dia hanya
berpura-pura untuk tidak mencuri informasi kita darimu. Jangan percaya
padanya."
"Tidak, dia tak pernah
..."
"Kau tak bisa mengetahui bagaimana
perasaan asli seseorang." ucap ayahnya. "Kalau benar kau hanya
ditipunya, berarti kau telah menempatkan klan Senju pada bahaya yang besar.
Tobirama dan aku aku bersama denganmu untuk meyakinkan. Mengerti?"
Setelah percakapan itu, Hashirama
mulai kepikiran. Siang malam ia terus memikirkan hal tersebut, sambil melihat
batu pemberian Madara.
Akhirnya, mereka berdua kembali
bertemu. Madara dan Hashirama telah sama-sama berada di sisi sungai yang
berlawan. "Pertama-tama, ayo melempar batu sebagai ucapan salam."
ucap Madara. "Ya." Hashirama mengambil batu dari bajunya, begitu juga
dengan Madara. Mereka lalu saling melempar. Namun ketika menerimanya, mendadak
raut wajah mereka berubah.
Mendadak, Madara ingin pulang.
"Maaf ya, Hashirama, aku baru ingat kalau aku harus melakukan
sesuatu." Hashirama mengerti, kemudian berkata, "Begitu ya, kalau
begitu aku juga akan pulang."
Mereka membalikkan badan, dan
tiba-tiba berlari sekuat tenaga. Ternyata, di batu yang mereka lempar tadi,
sama-sama terdapat pesan yang berbunyi, "Larilah, ini jebakkan."
Dari balik pohon, ayah Hashirama dan
Tobirama yang mengawasi menjadi kaget. "Kecepatan itu, apa ia berencana
untuk kabur!? Hashirama pasti memberitahunya. Ayo kita maju, Tobirama!!"
perintah yang ayah. "Ya!" jawab Tobirama. Mereka keluar dari
persembunyian dan mulai bergerak.
Akan tetapi, yang punya rencana
seperti itu memang bukan hanya dari pihak Senju, melainkan juga dari pihak
Uchiha. Dari sisi Hashirama, ayahnya dan Tobirama muncul. Sementara dari sisi
Madara, Uchiha dewasa (kemungkinan ayahnya), dan Izuna muncul. Mereka saling
berhadapan.
"Jadi kita memiliki rencana
yang sama ya, Butsuma Senju." ucap Uchiha dewasa itu. "Dan
Tobirama." ucap Izuna.
"Kelihatannya memang begitu,
Tajima Uchiha." ucap ayah Hashirama. "Dan Izuna." ucap Tobirama.
Senju dan Uchiha, pertarungan yang
tak bisa dihindari akan dimulai. Berbeda dengan Hashirama dan Madara, orang
dewasa dan adik mereka itu tak akrab sama sekali.
0 komentar:
Post a Comment