Sebelum bohlamp lampu tercipta menjadi kenyataan,maka bohlamp ini sudah lama tercipta di benak Thomas Alfa Edison. Ciptaan mental akan bohlamp lampu inilah yang menjadi awal kisah dari realita terciptanya bohlamp lampu.
Di dunia ini, selalu, ciptaan mental mendahului ciptaan fisik dan tidak mungin sebaliknya. Saat kita punya rumah impian, maka pasti kita telah lama memilikinya di benak kita. Saat kita bisa kuliah di kedokteran, maka realita itu terbentuk dulu di pikiran kita, realita mental ini yang memandu kita memilih jurusan kedokteran dan berjuang untuknya. Hampir apapun yang menjadi realita di kehidupan kita awalnya tercipta secara mental di pikiran kita. Inilah hukum dasar pencapaian di kehidupan, sehingga ketika kita ingin mencapai sesuatu di kehidupan kita, maka tidak ada jalan lain kecuali kita cipta dulu secara mental di pikiran kita. Dan ciptaan mental inilah yang kita sebut dengan IMPIAN. Kabar baiknya untuk mencipta secara mental apa yang kita inginkan tidak perlu tenaga besar dan tidak perlu biaya, mencipta impian hanya perlu keberanian, keberanian untuk ditertawakan, keberanian untuk menerima resiko gagal dan ini adalah cost terkecil dari harga sebuah PENCAPAIAN. Awalnya adalah impian, lalu berbuah tekad dan tindakan,selanjutnya mungkin kita akan terjatuh bangkit dan belajar, begitu seterusnya hingga terwujudlah apa yang menjadi IMPIAN.
IMPIAN SEPERTI APA YANG PANTAS DISEBUT IMPIAN.
Ada dua orang anak muda yang punya keinginan yang sama, sama-sama ingin kuliah di kedokteran, tetapi ternyata ada perbedaan mencolok pada tindakannya. Satu anak sebut saja si A, begitu ‘ngotot’ belajar, pulang sekolah dia selalu sempatkan ke tempat les bahkan ketika tidak ada jadwal les-pun dia akan tetap sempatkan untuk bertemu dengan tentornya atau
minimal ada 10 s/d 20 soal latihan yang bisa dia selesaikan.
Bahkan dia berani memaksa dirinya untuk mengurangi jam istirahatnya dari biasanya 7 jam menjadi hanya 4 jam sehari, tidak hanya sampai disitu, 5 bulan menjelang SPMB, dia mulai membiasakan dirinya untuk menyelesaikan 100 soal latihan per-harinya. `Anak satunya sebut saja si B, actionnya standar, dia ke tempat les hanya saat ada jadwal les, memang ada peningkatan di jam belajar mandirinya di banding tahun sebelumnya, tetapi peningkatan tersebut masih tergolong standar, jika sebelumnya dia belajar mandiri 2 jam perhari, saat kelas 3 menjadi 4 jam perhari, begitu seterusnya sampai menjelang SPMB. Sahabat, melihat action mereka, kira-kira siapa yang akan dipilih Allah untuk dipenuhi impiannya, anak yang gigih atau anak yang standar actionnya? Kemungkinan besar pasti anak yang gigih yang lebih berpeluang untuk dipenuhi harapannya, jika-pun Dia memilih anak B yang masuk kedokteran dan menakdirkan si-A mengalami kegagalan, pasti ada rencana besar Allah di balik peritiwa ini buat si Dan en r, akhirNya Allah memilih si A untuk masuk ke kedokteran. Dari kejadian ini kita bisa turut merasakan betapa besar kebahagiaan si A mendapati semua kerja keras, pengo
Pertanyaan besarnya adalah kenapa si A lebih kuat usahanya dibanding si B? padahal dari sisi keinginan atau impi Ternyata perbedaannya bermula pada intensitas dari impian tersebut, jika di skala, 1 sampai 10, maka skala keinginan si A jauh lebih tinggi di banding si B, si A meletakkan skala impiannya, bahwa dia benarbenar menginginkan impian tersebut di skala puncak yaitu 0, sedang si B hanya di skala 7, bagi A, keberhasilan masuk ke kedokteran adalah segalanya, inilah impian dia dari kecil, inilah impian yang menjadi permintaan dari ke-2 orang nya bu t sang cucu. Maka tidak heran, dengan begitu banyak kenikmatan dan penderitaan yang dia lekatkan ai impiannya tersebut.Sedang bagi si B, keinginan untuk masuk kedokteran tidak benarbenar
berasal dari -pasan. Apalagi orang tuanya tidak begitu sangat berharap anaknya masuk ke kedokteran, hingga baginya bisa masuk ke kedoteran “ya.. Alhadulillah, senang, tetapi kalaupun ndak lolos i te pat lain”. Si B tidak menempatkan impiannya di kondisi HARUS, tapi di kondisi seHARUSnya.So.. ketika ada pertanyaan, impian sepeja
Sahabat, SMART DREAM ang tertulis di lembar i i adalah kutipan bebas yan saya
ambil dari CD Financial Revolution karya revolusioner ari seorang motivato yang
menulis buku dengan judul yang sama,
Buku dahsyat yang penjualannya memecahkan rekor MURI,
bayangkan Beliau dikenal sebagai motivator dan coach paling DAHSYAT di Indonesia, Mr. Tung Desem Waringin. lampu1.jpg Beliau adalah salah satu orang yang paling banyak menginspirasi saya melalui berbagi seminar dan trainingn dahsyat benar Spesifik alias tergambar dengan sangat jelas dan terukur. Kenapa impian harus jelas dan terukur ?, karena ini te
jika impian itu jelas tergambar di otak. Pernahkah anda mengalami, saat mau tidur, anda membayangkan akan bangun jam 3 p gi karen mau shalat tahajud misalny , dan ajaib, tanpa mata kita melihat jam, tepat jam 3 pagi kita terbangun. Pikiran bawah sadar akNYA).
Lalu kira-kira apa yang akan terjadi ketika kita mau tidur, kita perintahkan otak kita dengan perintah yang tidak jelas, missal : “besok, saya mau bangun sepagi mungkin”, ada dua kemungkinan yang mungkin direspon otak , yang pertama, otak serius memenuhi perintah kita sehingga liau, FINANCIAL REVOLUTION).jam satu pagi kita sudah terbangun, lalu kita tidur lagi, sebentar kemudian kita bangun lagi dan saat melihat jam ternyata malas ini, sehingga kita malah bangun kesiangan. Kebanyakan orang impiannya tidak jelas, sering dalam sesi training ketika membahas tentang mpian, penulis mendapatkan jawaban,”saya pokoknya pingin jadi orang yang berguna” atau “cita-cita saya pingin jadi orang yang bahagia” dll. Padahal –tanpa bermaksud merendahkanmenjadi penyapu jalan juga berguna.
Orang adanya peluang yang datang.
Bayangkan kalau impian kita jelas, missal “semester dua nanti saya haru sudah berwirausaha sendiri”, dengan impian ini, pikira kita akan sangat jeli melihat peluang yang mengantarkan kita pada impian tersebut, ada orang datang menawarkan usaha MLM misalnya, kita akan bersemangat menyambutnya, dan dengan semangat yang menggebu ini,jangan heran kalau 3 tahun kita jalani usaha ini dengan sungguh-sungguh kita benar-benar jadi top leader dan independent bussiner owner yang handal dengan penghasilan bisa mencapai puluhan juta per-bulan. Atau akan muncul desakan yang kuat sehingga pikiran kita jeli akan info yang majalah yang berhubungan dengan wirausaha atau bisnis, kita akan bertemu dengan orang-orang yang punya impian yang sama dengan kita So, sahabat, mulai sekarang, perjelas keinginan atau impian kita, ada impian jangka panjang Ketika impian kita terukur, missal “kelas 3 semester 1 saya ingin masuk 3
besar”, maka pikiran kita bisa mengevaluasi ketika kelas 3 semester satu ternyata kita ranking 5, hasil capaian ini bisa kita jadikan sarana untuk merubah dan memperbaiki strategi dan action kita. Bandingkan ketika impian kita berbunyi “Kelas tiga saya ingin meningkatkan prestasi saya”, impian se Tidak ada GAGAL yang ada adalah TERCAPAI atau BELAJAR, artinya
ketika impian atau keinginan kita tidak tercapai, maka ini bisa menjadi media belajar kita untuk memperbaiki strategi dan action.
Agar kita mud ANTHUSIASABLE=”Memunculkan Anthusias”
Pernahkan anda merasa begitu bergairah untuk melakukan atau mendapatkan
sesuatu, semangat anda seperti menyala-nyala, tiap detik yang tergambar di pikiran anda adalah
bayangan ketika anda telah berhasil mendapatkanya, bahkan anda rela melakukan
apapun demi meraih yang anda inginkan tersebut, tantangan sebesar apapun rela anda
hadapi demi mendapatkannya, sepanjang malam pikiran kita dibanjiri oleh rencana-rencana hebat
untuk memperolehnya. Inilah yang dinamakan impian yang anthusiasable. Ketika kita berambisi untuk mendapatkan sesuatu yang sangat kita inginkan, maka kita akan memiliki energy dan gairah yang luar biasa, kondisi emosi seperti inilah yang akan menggerakkan tubuh dan pikiran kita untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Rahasia besar dibalik kisah-kisah sukses luar biasa adalah bahwa tokoh-tokoh sentral di kisahkisah dahsyat tersebut memiliki impian yang menggairahkan, GAIRAH, kata inilah yang membuat mereka seperti tidak mengenal kata lelah dan gagal. PhotoHappyBusinessMan2.jpg Sekarang bayangkan umpamanya kita ingin menaikkan nilai matematika yang awalnya selalu dapat 7 menjadi 9, disisi lain kita juga pingin sekali punya laptop, lalu orang tua kita bilang seperti ini “Kalau kamu bisa memperbaiki prestasi kamu dan bisa mendapat nilai sembilan di pelajaran matematika, maka ayah akan belikan laptop buat kamu”. Kalau keinginan dapat laptop itu begitu menggebu di dada, maka target dapat 9 di matematika akan kita kejar dengan semangat begitu menggelora.
Inilah impian yang memunculkan enthusiame, ada kenikmatan yang begitu banyak dan besar bagi kita ketika kita berhasil menggapai impian, dan kenikmatan inilah yang memunculkan gelora atau enthusiasm. Impian yang ideal bukan berarti impian yang harus besar, impian
bukan masalah besar atau kecil, yang penting saat impian itu terbayang di benak kita muncul gelora yang menggebu di dada kita. Tidak sedikit orang yang memaksa diri membuat impian yang begitu besar sehingga saat impian ini terbayang di benak, bukan gelora yang muncul tapi malah perasaan putus asa, serasa begitu jauh dan sulit tercapai. Mungkin lebih baik kita buat impian yang bertahap, dimana tiap tahapan dari impian tersebut menumbuhkan gelora yang besar di dada kita untuk mencapainya.
Pak Dahlan iskan dalam salah satu artikelnya pernah bercerita bahwa hasil yang dia capai saat ini, chairman dari surat kabar terbesar di Indonesia dan pemilik berbagai usaha yang tergabung dalam jawa pos group, awalnya tidak terbayang sama sekali. Impian beliau saat mulai membenahi jawa pos yang saat itu tidak terlalu diperhitungkan oleh pesaing-pesaingnya adalah menjadi surat kabar no 1 di jawa timur.Pada saat impian ini tercapai, beliau mulai menaikkan impiannya lagi menarget pasar pembaca di luar jawa timur, begitu impian ini mulai tercapai, beliau tingkatkan lagi hingga seperti sekarang ini. Jadi, kita boleh membuat impian yang besar sekali, asal saat kita bayangkan impian tersebut muncul gairah luar biasa besar di dada kita untuk mencapainya, atau kitapun bisa membuat impian yang tidak terlalu besar artinya masih ada dalam jangkauan pencapaian kita, sekali lagi, asal impian tersebut memunculkan anthusiasme di benak kita. Missal saat ini prestasi akademik kita ada di ‘belakang’, lalu kita ingin meningkatkannya, mana kira-kira impian atau target yang baik buat kita, apakah langsung menjadi nomer 1 atau kita masuk sepuluh besar dulu. Jawabannya tergantung rasa anthusiasme yang muncul di dada kita, kalau misalnya menjadi no 1 itu memunculkan hasrat yang begitu kuat dibanding masuk 10 besar, maka pilihannya adalah yang pertama yaitu menjadi no 1. Begitu juga sebaliknya.
RESULT ORIENTED=”Orientasi Hasil”.
Impian itu orientasinya pada capaian atau hasil bukan pada prosesnya. Bahasa jargonnya “Konsisten pada IMPIAN dan fleksible pada PROSES” artinya IMPIAN tidak boleh berubah, prosesnyalah yang boleh berubah, jika strategi A, belum membuahkan hasil, kita ubah dengan strategi B, begitu seterusnya hingga IMPIAN terwujud.
TIME BOND=”Ada ukuran waktunya”
Ada batas waktu dari impian tersebut, batas waktu ini akan turut membantu mencerdaskan kita membuat atau memilih strategi dan memaksimalkan action kita. Saya pernah punya impian yang berbunyi seperti ini : “Semester enam nanti, mau tidak mau saya harus menikah, dengan siapapun” (tentunya yang mau saya ajak nikah). Pada saat saya canangkan impian ini,
saya baru kuliah semester 3 di Strata 1 Teknik Sipil ITS.
Setelah itu saya rancang strategi bagaimana mendapat SIM “Surat Ijin Menikah” dari orang tua, maklum orang tua saya termasuk orang tua yang menerapkan aturan, anaknya baru boleh menikah setelah lulus kuliah dan dapat pekerjaan. Selain strategi mendapat SIM dari orang tua, saya juga rancang strategi melatih diri berwirausaha. Singkat cerita, semester 5, SIM belum keluar, orang tua masih belum memberikan ijinnya, sedang untuk financial sudah mulai ada pemasukan meski tidak seberapa. Menjelang semester 6, usaha untuk mendapat SIM semakin di percanggih dan diperkuat, dan akhirnya setelah berusaha merayu sedemikian rupa, SIM dari orang tua keluar juga.
Dari sisi financial juga sudah ada tawaran untuk mendirikan sebuah usaha yang cukup menjanjikan. Setelah SIM dikantongi, financial ada gambaran cerah, tinggal mencari wanita yang mau diajak nikah, otomatis wanita ini juga harus memenuhi kriteria,” cantik ndak masalah yang penting kaya dan beriman”, he.., he…
Alhamdulillah, ada wanita yang sangat cantik, keluarganya masuk golongan ekonomi menengah dan sholehah lagi, sayangnya baru lulus smu.Setelah penjajakan, ternyata wanita ini juga sangat berharap untuk saya nikahi, he.. he… Saking berharapnya, saat saya ‘ditolak’ oleh orang tuanya, eh salah.. diterima dengan catatan: “Harus menunggu sampai si dia lulus dulu, yang berarti sekitar 4 tahun lagi”, lalu saya sampaikan ke si dia, “Kalau tidak diijinkan menikah saat ini ya.. saya terpaksa cari wanita lain yang mau saya nikahi saat ini”. Mendengar ‘ultimatum’ ini, dia melobby orang tuanya begitu rupa hingga hati orang tuanya luluh dan mengijinkan saya menjadi menantunya tanpa menunggu 4 tahun lagi.
Kalau impian kita ada dead linenya, maka pikiran dan tubuh kita akan bekerja lebih optimal, semakin mendekati dari dead line,maka tubuh dan pikiran akan lebih terpacu lagi untuk mewujudkannya,inilah pentingnya TIME BOND.
Di dunia ini, selalu, ciptaan mental mendahului ciptaan fisik dan tidak mungin sebaliknya. Saat kita punya rumah impian, maka pasti kita telah lama memilikinya di benak kita. Saat kita bisa kuliah di kedokteran, maka realita itu terbentuk dulu di pikiran kita, realita mental ini yang memandu kita memilih jurusan kedokteran dan berjuang untuknya. Hampir apapun yang menjadi realita di kehidupan kita awalnya tercipta secara mental di pikiran kita. Inilah hukum dasar pencapaian di kehidupan, sehingga ketika kita ingin mencapai sesuatu di kehidupan kita, maka tidak ada jalan lain kecuali kita cipta dulu secara mental di pikiran kita. Dan ciptaan mental inilah yang kita sebut dengan IMPIAN. Kabar baiknya untuk mencipta secara mental apa yang kita inginkan tidak perlu tenaga besar dan tidak perlu biaya, mencipta impian hanya perlu keberanian, keberanian untuk ditertawakan, keberanian untuk menerima resiko gagal dan ini adalah cost terkecil dari harga sebuah PENCAPAIAN. Awalnya adalah impian, lalu berbuah tekad dan tindakan,selanjutnya mungkin kita akan terjatuh bangkit dan belajar, begitu seterusnya hingga terwujudlah apa yang menjadi IMPIAN.
IMPIAN SEPERTI APA YANG PANTAS DISEBUT IMPIAN.
Ada dua orang anak muda yang punya keinginan yang sama, sama-sama ingin kuliah di kedokteran, tetapi ternyata ada perbedaan mencolok pada tindakannya. Satu anak sebut saja si A, begitu ‘ngotot’ belajar, pulang sekolah dia selalu sempatkan ke tempat les bahkan ketika tidak ada jadwal les-pun dia akan tetap sempatkan untuk bertemu dengan tentornya atau
minimal ada 10 s/d 20 soal latihan yang bisa dia selesaikan.
Bahkan dia berani memaksa dirinya untuk mengurangi jam istirahatnya dari biasanya 7 jam menjadi hanya 4 jam sehari, tidak hanya sampai disitu, 5 bulan menjelang SPMB, dia mulai membiasakan dirinya untuk menyelesaikan 100 soal latihan per-harinya. `Anak satunya sebut saja si B, actionnya standar, dia ke tempat les hanya saat ada jadwal les, memang ada peningkatan di jam belajar mandirinya di banding tahun sebelumnya, tetapi peningkatan tersebut masih tergolong standar, jika sebelumnya dia belajar mandiri 2 jam perhari, saat kelas 3 menjadi 4 jam perhari, begitu seterusnya sampai menjelang SPMB. Sahabat, melihat action mereka, kira-kira siapa yang akan dipilih Allah untuk dipenuhi impiannya, anak yang gigih atau anak yang standar actionnya? Kemungkinan besar pasti anak yang gigih yang lebih berpeluang untuk dipenuhi harapannya, jika-pun Dia memilih anak B yang masuk kedokteran dan menakdirkan si-A mengalami kegagalan, pasti ada rencana besar Allah di balik peritiwa ini buat si Dan en r, akhirNya Allah memilih si A untuk masuk ke kedokteran. Dari kejadian ini kita bisa turut merasakan betapa besar kebahagiaan si A mendapati semua kerja keras, pengo
Pertanyaan besarnya adalah kenapa si A lebih kuat usahanya dibanding si B? padahal dari sisi keinginan atau impi Ternyata perbedaannya bermula pada intensitas dari impian tersebut, jika di skala, 1 sampai 10, maka skala keinginan si A jauh lebih tinggi di banding si B, si A meletakkan skala impiannya, bahwa dia benarbenar menginginkan impian tersebut di skala puncak yaitu 0, sedang si B hanya di skala 7, bagi A, keberhasilan masuk ke kedokteran adalah segalanya, inilah impian dia dari kecil, inilah impian yang menjadi permintaan dari ke-2 orang nya bu t sang cucu. Maka tidak heran, dengan begitu banyak kenikmatan dan penderitaan yang dia lekatkan ai impiannya tersebut.Sedang bagi si B, keinginan untuk masuk kedokteran tidak benarbenar
berasal dari -pasan. Apalagi orang tuanya tidak begitu sangat berharap anaknya masuk ke kedokteran, hingga baginya bisa masuk ke kedoteran “ya.. Alhadulillah, senang, tetapi kalaupun ndak lolos i te pat lain”. Si B tidak menempatkan impiannya di kondisi HARUS, tapi di kondisi seHARUSnya.So.. ketika ada pertanyaan, impian sepeja
Sahabat, SMART DREAM ang tertulis di lembar i i adalah kutipan bebas yan saya
ambil dari CD Financial Revolution karya revolusioner ari seorang motivato yang
menulis buku dengan judul yang sama,
FINANCIAL REVOLUTION.
Buku dahsyat yang penjualannya memecahkan rekor MURI,
bayangkan Beliau dikenal sebagai motivator dan coach paling DAHSYAT di Indonesia, Mr. Tung Desem Waringin. lampu1.jpg Beliau adalah salah satu orang yang paling banyak menginspirasi saya melalui berbagi seminar dan trainingn dahsyat benar Spesifik alias tergambar dengan sangat jelas dan terukur. Kenapa impian harus jelas dan terukur ?, karena ini te
jika impian itu jelas tergambar di otak. Pernahkah anda mengalami, saat mau tidur, anda membayangkan akan bangun jam 3 p gi karen mau shalat tahajud misalny , dan ajaib, tanpa mata kita melihat jam, tepat jam 3 pagi kita terbangun. Pikiran bawah sadar akNYA).
Lalu kira-kira apa yang akan terjadi ketika kita mau tidur, kita perintahkan otak kita dengan perintah yang tidak jelas, missal : “besok, saya mau bangun sepagi mungkin”, ada dua kemungkinan yang mungkin direspon otak , yang pertama, otak serius memenuhi perintah kita sehingga liau, FINANCIAL REVOLUTION).jam satu pagi kita sudah terbangun, lalu kita tidur lagi, sebentar kemudian kita bangun lagi dan saat melihat jam ternyata malas ini, sehingga kita malah bangun kesiangan. Kebanyakan orang impiannya tidak jelas, sering dalam sesi training ketika membahas tentang mpian, penulis mendapatkan jawaban,”saya pokoknya pingin jadi orang yang berguna” atau “cita-cita saya pingin jadi orang yang bahagia” dll. Padahal –tanpa bermaksud merendahkanmenjadi penyapu jalan juga berguna.
Orang adanya peluang yang datang.
Bayangkan kalau impian kita jelas, missal “semester dua nanti saya haru sudah berwirausaha sendiri”, dengan impian ini, pikira kita akan sangat jeli melihat peluang yang mengantarkan kita pada impian tersebut, ada orang datang menawarkan usaha MLM misalnya, kita akan bersemangat menyambutnya, dan dengan semangat yang menggebu ini,jangan heran kalau 3 tahun kita jalani usaha ini dengan sungguh-sungguh kita benar-benar jadi top leader dan independent bussiner owner yang handal dengan penghasilan bisa mencapai puluhan juta per-bulan. Atau akan muncul desakan yang kuat sehingga pikiran kita jeli akan info yang majalah yang berhubungan dengan wirausaha atau bisnis, kita akan bertemu dengan orang-orang yang punya impian yang sama dengan kita So, sahabat, mulai sekarang, perjelas keinginan atau impian kita, ada impian jangka panjang Ketika impian kita terukur, missal “kelas 3 semester 1 saya ingin masuk 3
besar”, maka pikiran kita bisa mengevaluasi ketika kelas 3 semester satu ternyata kita ranking 5, hasil capaian ini bisa kita jadikan sarana untuk merubah dan memperbaiki strategi dan action kita. Bandingkan ketika impian kita berbunyi “Kelas tiga saya ingin meningkatkan prestasi saya”, impian se Tidak ada GAGAL yang ada adalah TERCAPAI atau BELAJAR, artinya
ketika impian atau keinginan kita tidak tercapai, maka ini bisa menjadi media belajar kita untuk memperbaiki strategi dan action.
Agar kita mud ANTHUSIASABLE=”Memunculkan Anthusias”
Pernahkan anda merasa begitu bergairah untuk melakukan atau mendapatkan
sesuatu, semangat anda seperti menyala-nyala, tiap detik yang tergambar di pikiran anda adalah
bayangan ketika anda telah berhasil mendapatkanya, bahkan anda rela melakukan
apapun demi meraih yang anda inginkan tersebut, tantangan sebesar apapun rela anda
hadapi demi mendapatkannya, sepanjang malam pikiran kita dibanjiri oleh rencana-rencana hebat
untuk memperolehnya. Inilah yang dinamakan impian yang anthusiasable. Ketika kita berambisi untuk mendapatkan sesuatu yang sangat kita inginkan, maka kita akan memiliki energy dan gairah yang luar biasa, kondisi emosi seperti inilah yang akan menggerakkan tubuh dan pikiran kita untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Rahasia besar dibalik kisah-kisah sukses luar biasa adalah bahwa tokoh-tokoh sentral di kisahkisah dahsyat tersebut memiliki impian yang menggairahkan, GAIRAH, kata inilah yang membuat mereka seperti tidak mengenal kata lelah dan gagal. PhotoHappyBusinessMan2.jpg Sekarang bayangkan umpamanya kita ingin menaikkan nilai matematika yang awalnya selalu dapat 7 menjadi 9, disisi lain kita juga pingin sekali punya laptop, lalu orang tua kita bilang seperti ini “Kalau kamu bisa memperbaiki prestasi kamu dan bisa mendapat nilai sembilan di pelajaran matematika, maka ayah akan belikan laptop buat kamu”. Kalau keinginan dapat laptop itu begitu menggebu di dada, maka target dapat 9 di matematika akan kita kejar dengan semangat begitu menggelora.
Inilah impian yang memunculkan enthusiame, ada kenikmatan yang begitu banyak dan besar bagi kita ketika kita berhasil menggapai impian, dan kenikmatan inilah yang memunculkan gelora atau enthusiasm. Impian yang ideal bukan berarti impian yang harus besar, impian
bukan masalah besar atau kecil, yang penting saat impian itu terbayang di benak kita muncul gelora yang menggebu di dada kita. Tidak sedikit orang yang memaksa diri membuat impian yang begitu besar sehingga saat impian ini terbayang di benak, bukan gelora yang muncul tapi malah perasaan putus asa, serasa begitu jauh dan sulit tercapai. Mungkin lebih baik kita buat impian yang bertahap, dimana tiap tahapan dari impian tersebut menumbuhkan gelora yang besar di dada kita untuk mencapainya.
Pak Dahlan iskan dalam salah satu artikelnya pernah bercerita bahwa hasil yang dia capai saat ini, chairman dari surat kabar terbesar di Indonesia dan pemilik berbagai usaha yang tergabung dalam jawa pos group, awalnya tidak terbayang sama sekali. Impian beliau saat mulai membenahi jawa pos yang saat itu tidak terlalu diperhitungkan oleh pesaing-pesaingnya adalah menjadi surat kabar no 1 di jawa timur.Pada saat impian ini tercapai, beliau mulai menaikkan impiannya lagi menarget pasar pembaca di luar jawa timur, begitu impian ini mulai tercapai, beliau tingkatkan lagi hingga seperti sekarang ini. Jadi, kita boleh membuat impian yang besar sekali, asal saat kita bayangkan impian tersebut muncul gairah luar biasa besar di dada kita untuk mencapainya, atau kitapun bisa membuat impian yang tidak terlalu besar artinya masih ada dalam jangkauan pencapaian kita, sekali lagi, asal impian tersebut memunculkan anthusiasme di benak kita. Missal saat ini prestasi akademik kita ada di ‘belakang’, lalu kita ingin meningkatkannya, mana kira-kira impian atau target yang baik buat kita, apakah langsung menjadi nomer 1 atau kita masuk sepuluh besar dulu. Jawabannya tergantung rasa anthusiasme yang muncul di dada kita, kalau misalnya menjadi no 1 itu memunculkan hasrat yang begitu kuat dibanding masuk 10 besar, maka pilihannya adalah yang pertama yaitu menjadi no 1. Begitu juga sebaliknya.
RESULT ORIENTED=”Orientasi Hasil”.
Impian itu orientasinya pada capaian atau hasil bukan pada prosesnya. Bahasa jargonnya “Konsisten pada IMPIAN dan fleksible pada PROSES” artinya IMPIAN tidak boleh berubah, prosesnyalah yang boleh berubah, jika strategi A, belum membuahkan hasil, kita ubah dengan strategi B, begitu seterusnya hingga IMPIAN terwujud.
TIME BOND=”Ada ukuran waktunya”
Ada batas waktu dari impian tersebut, batas waktu ini akan turut membantu mencerdaskan kita membuat atau memilih strategi dan memaksimalkan action kita. Saya pernah punya impian yang berbunyi seperti ini : “Semester enam nanti, mau tidak mau saya harus menikah, dengan siapapun” (tentunya yang mau saya ajak nikah). Pada saat saya canangkan impian ini,
saya baru kuliah semester 3 di Strata 1 Teknik Sipil ITS.
Setelah itu saya rancang strategi bagaimana mendapat SIM “Surat Ijin Menikah” dari orang tua, maklum orang tua saya termasuk orang tua yang menerapkan aturan, anaknya baru boleh menikah setelah lulus kuliah dan dapat pekerjaan. Selain strategi mendapat SIM dari orang tua, saya juga rancang strategi melatih diri berwirausaha. Singkat cerita, semester 5, SIM belum keluar, orang tua masih belum memberikan ijinnya, sedang untuk financial sudah mulai ada pemasukan meski tidak seberapa. Menjelang semester 6, usaha untuk mendapat SIM semakin di percanggih dan diperkuat, dan akhirnya setelah berusaha merayu sedemikian rupa, SIM dari orang tua keluar juga.
Dari sisi financial juga sudah ada tawaran untuk mendirikan sebuah usaha yang cukup menjanjikan. Setelah SIM dikantongi, financial ada gambaran cerah, tinggal mencari wanita yang mau diajak nikah, otomatis wanita ini juga harus memenuhi kriteria,” cantik ndak masalah yang penting kaya dan beriman”, he.., he…
Alhamdulillah, ada wanita yang sangat cantik, keluarganya masuk golongan ekonomi menengah dan sholehah lagi, sayangnya baru lulus smu.Setelah penjajakan, ternyata wanita ini juga sangat berharap untuk saya nikahi, he.. he… Saking berharapnya, saat saya ‘ditolak’ oleh orang tuanya, eh salah.. diterima dengan catatan: “Harus menunggu sampai si dia lulus dulu, yang berarti sekitar 4 tahun lagi”, lalu saya sampaikan ke si dia, “Kalau tidak diijinkan menikah saat ini ya.. saya terpaksa cari wanita lain yang mau saya nikahi saat ini”. Mendengar ‘ultimatum’ ini, dia melobby orang tuanya begitu rupa hingga hati orang tuanya luluh dan mengijinkan saya menjadi menantunya tanpa menunggu 4 tahun lagi.
Kalau impian kita ada dead linenya, maka pikiran dan tubuh kita akan bekerja lebih optimal, semakin mendekati dari dead line,maka tubuh dan pikiran akan lebih terpacu lagi untuk mewujudkannya,inilah pentingnya TIME BOND.
0 komentar:
Post a Comment