Sunday, August 25, 2013

CIPTAAN MENTAL SELALU MENDAHULUI CIPTAAN FISIK.

        Sebelum  bohlamp  lampu  tercipta  menjadi  kenyataan,maka bohlamp ini sudah lama tercipta di benak Thomas  Alfa Edison. Ciptaan mental akan bohlamp lampu inilah  yang  menjadi  awal  kisah  dari  realita  terciptanya  bohlamp lampu. 
           Di dunia ini, selalu, ciptaan mental mendahului ciptaan  fisik  dan  tidak mungin  sebaliknya.  Saat  kita  punya rumah  impian, maka pasti kita telah lama memilikinya di benak kita. Saat kita bisa kuliah di  kedokteran, maka  realita  itu  terbentuk  dulu  di  pikiran  kita,  realita mental  ini  yang  memandu  kita  memilih  jurusan  kedokteran  dan  berjuang  untuknya.  Hampir apapun yang menjadi realita di kehidupan kita awalnya tercipta  secara mental di pikiran kita.  Inilah  hukum  dasar  pencapaian  di  kehidupan,  sehingga  ketika  kita  ingin  mencapai sesuatu di kehidupan kita, maka tidak ada jalan lain kecuali kita  cipta dulu secara mental di pikiran kita. Dan ciptaan mental inilah yang kita  sebut dengan IMPIAN.  Kabar  baiknya  untuk  mencipta  secara  mental  apa  yang  kita  inginkan  tidak  perlu  tenaga  besar dan  tidak  perlu  biaya, mencipta  impian  hanya perlu keberanian, keberanian untuk ditertawakan, keberanian untuk  menerima  resiko  gagal  dan  ini  adalah  cost  terkecil  dari  harga  sebuah  PENCAPAIAN.  Awalnya  adalah  impian,  lalu  berbuah  tekad  dan  tindakan,selanjutnya  mungkin  kita  akan  terjatuh  bangkit  dan  belajar,  begitu  seterusnya hingga terwujudlah apa yang menjadi IMPIAN. 

IMPIAN SEPERTI APA YANG PANTAS DISEBUT IMPIAN. 
Ada  dua  orang  anak muda  yang  punya  keinginan  yang  sama,  sama-sama  ingin  kuliah  di kedokteran, tetapi  ternyata ada perbedaan mencolok pada  tindakannya.  Satu  anak  sebut  saja  si  A,  begitu  ‘ngotot’  belajar,  pulang  sekolah dia selalu sempatkan ke tempat les bahkan ketika tidak ada jadwal  les-pun  dia  akan  tetap  sempatkan untuk  bertemu  dengan  tentornya  atau 
minimal ada 10 s/d 20 soal latihan yang bisa dia selesaikan. 
Bahkan  dia  berani  memaksa  dirinya  untuk  mengurangi  jam  istirahatnya  dari  biasanya 7 jam menjadi hanya 4 jam  sehari,  tidak hanya  sampai  disitu,  5  bulan  menjelang  SPMB,  dia  mulai  membiasakan  dirinya  untuk menyelesaikan 100 soal latihan per-harinya.  `Anak satunya sebut saja si B, actionnya standar, dia ke tempat les  hanya  saat  ada  jadwal  les,  memang  ada  peningkatan  di  jam  belajar  mandirinya  di  banding  tahun  sebelumnya,  tetapi  peningkatan  tersebut  masih  tergolong  standar,  jika  sebelumnya  dia  belajar  mandiri  2  jam  perhari, saat  kelas  3  menjadi  4  jam  perhari,  begitu  seterusnya  sampai  menjelang SPMB.  Sahabat,  melihat  action  mereka,  kira-kira  siapa  yang  akan  dipilih  Allah  untuk  dipenuhi  impiannya,  anak  yang  gigih  atau  anak  yang  standar  actionnya?  Kemungkinan  besar  pasti  anak  yang    gigih  yang  lebih  berpeluang  untuk  dipenuhi  harapannya,  jika-pun  Dia  memilih  anak  B  yang  masuk  kedokteran dan menakdirkan si-A mengalami kegagalan, pasti ada rencana  besar  Allah  di  balik  peritiwa  ini  buat  si  Dan  en r,  akhirNya  Allah  memilih  si  A  untuk  masuk  ke  kedokteran.  Dari  kejadian  ini  kita  bisa  turut  merasakan  betapa  besar  kebahagiaan  si  A  mendapati  semua  kerja  keras,  pengo
Pertanyaan  besarnya  adalah  kenapa  si  A  lebih  kuat  usahanya  dibanding  si  B?  padahal  dari  sisi  keinginan  atau  impi Ternyata  perbedaannya  bermula  pada  intensitas  dari  impian  tersebut,  jika  di  skala,  1  sampai  10,  maka  skala  keinginan  si  A  jauh  lebih  tinggi  di banding  si  B,  si A meletakkan  skala impiannya, bahwa dia benarbenar menginginkan impian tersebut di skala puncak yaitu  0, sedang si B  hanya  di  skala  7,  bagi  A,  keberhasilan  masuk  ke  kedokteran  adalah  segalanya,  inilah  impian  dia  dari  kecil,  inilah  impian  yang  menjadi  permintaan  dari ke-2 orang nya bu t sang cucu.  Maka  tidak  heran,  dengan  begitu  banyak  kenikmatan  dan  penderitaan yang dia lekatkan  ai impiannya tersebut.Sedang  bagi  si  B,  keinginan untuk masuk kedokteran  tidak benarbenar 
berasal dari -pasan. Apalagi orang tuanya tidak begitu sangat berharap anaknya masuk  ke kedokteran, hingga baginya bisa masuk ke kedoteran “ya.. Alhadulillah, senang,  tetapi  kalaupun  ndak  lolos  i  te pat  lain”.  Si  B  tidak  menempatkan  impiannya di  kondisi   HARUS, tapi di kondisi seHARUSnya.So..  ketika  ada  pertanyaan,  impian  sepeja
Sahabat,  SMART  DREAM  ang  tertulis  di  lembar  i i  adalah  kutipan  bebas  yan   saya 
ambil  dari  CD  Financial  Revolution  karya  revolusioner  ari  seorang  motivato   yang 
menulis  buku  dengan  judul  yang  sama,
 
FINANCIAL  REVOLUTION.  

      Buku  dahsyat  yang  penjualannya  memecahkan  rekor  MURI,
bayangkan Beliau  dikenal  sebagai  motivator  dan  coach  paling  DAHSYAT  di  Indonesia, Mr. Tung Desem Waringin.  lampu1.jpg Beliau  adalah  salah  satu  orang  yang  paling  banyak  menginspirasi  saya melalui berbagi seminar dan trainingn dahsyat benar  Spesifik  alias  tergambar  dengan  sangat  jelas  dan  terukur.  Kenapa  impian harus jelas dan terukur ?, karena ini te
jika impian itu jelas tergambar di otak. Pernahkah anda mengalami, saat mau tidur, anda membayangkan  akan  bangun  jam  3  p gi  karen  mau  shalat tahajud  misalny ,  dan ajaib, tanpa  mata  kita  melihat  jam,  tepat  jam  3  pagi  kita  terbangun.  Pikiran  bawah  sadar  akNYA).
Lalu  kira-kira  apa  yang  akan  terjadi  ketika  kita  mau  tidur,  kita  perintahkan  otak  kita  dengan  perintah  yang  tidak  jelas,  missal  :  “besok,  saya mau  bangun  sepagi  mungkin”,  ada  dua kemungkinan  yang  mungkin  direspon otak , yang pertama, otak serius memenuhi perintah kita sehingga  liau, FINANCIAL REVOLUTION).jam satu pagi kita sudah terbangun, lalu kita tidur lagi, sebentar kemudian  kita  bangun  lagi  dan  saat  melihat  jam  ternyata  malas ini, sehingga kita malah bangun kesiangan. Kebanyakan orang impiannya tidak jelas, sering dalam sesi training  ketika  membahas  tentang  mpian,  penulis  mendapatkan  jawaban,”saya  pokoknya  pingin  jadi  orang  yang berguna”  atau  “cita-cita  saya  pingin  jadi  orang  yang  bahagia”  dll.  Padahal  –tanpa  bermaksud  merendahkanmenjadi penyapu jalan juga berguna.
 Orang  adanya peluang yang datang.
           Bayangkan kalau impian kita jelas, missal “semester dua nanti saya  haru   sudah berwirausaha  sendiri”, dengan impian  ini,  pikira   kita akan  sangat jeli melihat peluang yang mengantarkan kita pada impian tersebut, ada  orang  datang  menawarkan  usaha  MLM  misalnya,  kita  akan  bersemangat  menyambutnya,  dan  dengan  semangat  yang  menggebu  ini,jangan heran kalau 3 tahun  kita  jalani usaha  ini dengan sungguh-sungguh  kita  benar-benar  jadi  top  leader  dan  independent  bussiner  owner  yang  handal  dengan  penghasilan  bisa  mencapai  puluhan  juta  per-bulan.  Atau  akan  muncul  desakan  yang  kuat  sehingga  pikiran  kita  jeli  akan  info  yang  majalah  yang  berhubungan  dengan  wirausaha  atau  bisnis,  kita  akan  bertemu  dengan  orang-orang  yang  punya  impian  yang  sama  dengan  kita So,  sahabat,  mulai  sekarang,  perjelas  keinginan  atau  impian  kita, ada  impian  jangka  panjang  Ketika impian  kita terukur, missal “kelas 3 semester 1 saya  ingin masuk 3 
besar”,  maka  pikiran  kita  bisa  mengevaluasi  ketika  kelas  3  semester  satu  ternyata  kita  ranking  5,  hasil  capaian  ini  bisa  kita  jadikan  sarana  untuk  merubah  dan  memperbaiki  strategi  dan  action  kita.  Bandingkan  ketika  impian  kita  berbunyi  “Kelas  tiga  saya  ingin  meningkatkan  prestasi  saya”, impian  se Tidak ada GAGAL yang ada adalah TERCAPAI atau BELAJAR, artinya 
ketika  impian  atau  keinginan  kita  tidak  tercapai,  maka  ini  bisa  menjadi  media belajar kita untuk memperbaiki strategi dan action. 
Agar kita mud ANTHUSIASABLE=”Memunculkan Anthusias” 
               Pernahkan  anda  merasa  begitu bergairah  untuk  melakukan  atau  mendapatkan 
sesuatu,  semangat  anda  seperti  menyala-nyala, tiap detik yang tergambar di pikiran anda adalah 
bayangan  ketika  anda  telah  berhasil  mendapatkanya,  bahkan  anda  rela  melakukan 
apapun  demi  meraih  yang  anda  inginkan  tersebut,  tantangan  sebesar  apapun  rela  anda 
hadapi demi mendapatkannya, sepanjang malam  pikiran kita dibanjiri oleh rencana-rencana hebat 
untuk memperolehnya. Inilah yang dinamakan impian yang anthusiasable.  Ketika kita berambisi untuk mendapatkan sesuatu yang sangat kita  inginkan,  maka  kita  akan  memiliki  energy  dan  gairah  yang  luar  biasa, kondisi emosi seperti inilah yang akan menggerakkan tubuh dan pikiran kita   untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Rahasia besar dibalik kisah-kisah  sukses  luar  biasa  adalah  bahwa  tokoh-tokoh  sentral  di  kisahkisah dahsyat tersebut memiliki impian yang menggairahkan,  GAIRAH, kata  inilah yang membuat mereka seperti tidak mengenal kata lelah dan gagal.  PhotoHappyBusinessMan2.jpg Sekarang  bayangkan  umpamanya  kita  ingin  menaikkan  nilai  matematika  yang  awalnya  selalu  dapat  7  menjadi  9,  disisi  lain  kita  juga  pingin  sekali  punya  laptop,  lalu  orang  tua  kita  bilang  seperti  ini  “Kalau kamu bisa memperbaiki prestasi kamu dan bisa mendapat nilai sembilan di  pelajaran matematika, maka ayah akan belikan laptop buat kamu”.  Kalau  keinginan  dapat  laptop  itu  begitu menggebu  di  dada, maka  target  dapat    9  di  matematika  akan  kita  kejar  dengan  semangat  begitu menggelora. 
           Inilah  impian  yang  memunculkan  enthusiame,  ada  kenikmatan  yang  begitu  banyak  dan  besar  bagi  kita  ketika  kita  berhasil  menggapai  impian, dan kenikmatan inilah yang memunculkan gelora atau enthusiasm.  Impian  yang  ideal  bukan  berarti  impian  yang  harus  besar,  impian 
bukan masalah besar atau kecil, yang penting saat impian itu terbayang di  benak kita muncul gelora yang menggebu di dada kita. Tidak sedikit orang  yang  memaksa  diri  membuat  impian  yang  begitu  besar  sehingga  saat  impian  ini  terbayang  di  benak,  bukan  gelora  yang  muncul  tapi  malah  perasaan putus asa, serasa begitu jauh dan sulit tercapai.  Mungkin  lebih  baik  kita buat  impian  yang  bertahap, dimana  tiap  tahapan  dari  impian  tersebut menumbuhkan  gelora yang  besar  di dada  kita untuk  mencapainya. 
           Pak  Dahlan  iskan  dalam  salah  satu  artikelnya  pernah  bercerita  bahwa  hasil yang  dia capai  saat  ini,  chairman  dari  surat kabar  terbesar  di  Indonesia  dan  pemilik  berbagai  usaha  yang  tergabung  dalam  jawa  pos  group,  awalnya  tidak  terbayang  sama  sekali.  Impian  beliau  saat  mulai  membenahi  jawa  pos  yang  saat  itu  tidak  terlalu  diperhitungkan  oleh  pesaing-pesaingnya  adalah  menjadi  surat  kabar  no  1  di  jawa  timur.Pada  saat  impian ini tercapai, beliau mulai menaikkan impiannya lagi menarget  pasar pembaca di luar jawa timur, begitu impian ini mulai tercapai, beliau  tingkatkan lagi hingga seperti sekarang ini.  Jadi,  kita  boleh membuat  impian  yang  besar  sekali,  asal  saat  kita  bayangkan  impian  tersebut  muncul  gairah  luar  biasa  besar  di  dada  kita  untuk mencapainya, atau kitapun bisa membuat impian yang  tidak  terlalu  besar artinya masih ada dalam jangkauan pencapaian kita, sekali lagi, asal  impian tersebut memunculkan anthusiasme di benak kita.  Missal  saat  ini  prestasi  akademik  kita  ada  di  ‘belakang’,  lalu  kita ingin meningkatkannya, mana  kira-kira  impian  atau  target  yang  baik  buat  kita,  apakah  langsung  menjadi  nomer  1  atau  kita  masuk  sepuluh  besar  dulu.  Jawabannya  tergantung  rasa  anthusiasme  yang  muncul  di  dada  kita, kalau misalnya menjadi no 1 itu memunculkan hasrat yang begitu kuat  dibanding  masuk  10  besar,  maka  pilihannya  adalah  yang  pertama  yaitu menjadi no 1.  Begitu juga sebaliknya. 

RESULT ORIENTED=”Orientasi Hasil”. 
Impian  itu  orientasinya  pada  capaian  atau  hasil  bukan  pada  prosesnya.  Bahasa  jargonnya  “Konsisten  pada  IMPIAN  dan  fleksible  pada  PROSES”  artinya  IMPIAN  tidak  boleh  berubah,  prosesnyalah  yang  boleh  berubah,  jika  strategi  A,  belum  membuahkan  hasil,  kita  ubah  dengan  strategi B, begitu seterusnya hingga IMPIAN terwujud. 
TIME BOND=”Ada ukuran waktunya” 
            Ada  batas waktu  dari impian  tersebut,  batas waktu  ini akan  turut  membantu  mencerdaskan  kita  membuat  atau  memilih  strategi  dan  memaksimalkan action kita.  Saya  pernah  punya  impian  yang  berbunyi  seperti  ini  :  “Semester  enam  nanti,  mau  tidak  mau  saya  harus  menikah,  dengan  siapapun”  (tentunya yang mau saya ajak nikah). Pada saat saya canangkan impian ini,
saya baru kuliah semester 3 di Strata 1 Teknik Sipil ITS.  
      Setelah itu saya rancang strategi bagaimana mendapat SIM “Surat  Ijin Menikah”  dari orang  tua, maklum orang  tua  saya termasuk  orang  tua yang menerapkan aturan, anaknya baru boleh menikah setelah lulus kuliah  dan dapat pekerjaan.  Selain  strategi  mendapat  SIM  dari  orang  tua,  saya  juga  rancang  strategi  melatih  diri  berwirausaha.  Singkat  cerita,  semester  5,  SIM  belum  keluar, orang tua masih belum memberikan ijinnya, sedang untuk financial  sudah mulai ada pemasukan meski tidak seberapa. Menjelang semester 6, usaha  untuk  mendapat  SIM  semakin  di  percanggih  dan  diperkuat,  dan  akhirnya  setelah  berusaha  merayu  sedemikian  rupa,  SIM  dari  orang  tua  keluar juga. 
                Dari sisi financial juga sudah ada tawaran untuk mendirikan sebuah  usaha  yang  cukup  menjanjikan.  Setelah  SIM  dikantongi,  financial  ada  gambaran  cerah,  tinggal  mencari  wanita yang mau  diajak  nikah,  otomatis  wanita  ini  juga  harus  memenuhi  kriteria,”  cantik  ndak  masalah  yang  penting kaya dan beriman”, he.., he…  
            Alhamdulillah,  ada  wanita  yang  sangat  cantik,  keluarganya masuk  golongan ekonomi menengah dan sholehah lagi, sayangnya baru lulus smu.Setelah  penjajakan,  ternyata  wanita  ini  juga  sangat  berharap  untuk  saya nikahi, he.. he…   Saking  berharapnya,  saat  saya  ‘ditolak’  oleh  orang  tuanya,  eh salah.. diterima dengan catatan: “Harus menunggu sampai si dia lulus dulu, yang berarti sekitar 4 tahun lagi”, lalu saya sampaikan ke si dia, “Kalau tidak  diijinkan menikah saat ini ya.. saya terpaksa cari wanita lain yang mau saya  nikahi  saat    ini”. Mendengar  ‘ultimatum’  ini,  dia melobby  orang    tuanya  begitu rupa hingga  hati orang tuanya  luluh dan mengijinkan saya menjadi  menantunya tanpa menunggu 4 tahun lagi. 
Kalau  impian  kita  ada  dead  linenya,  maka  pikiran  dan  tubuh  kita akan bekerja  lebih  optimal, semakin mendekati  dari dead  line,maka  tubuh  dan  pikiran  akan  lebih  terpacu  lagi  untuk  mewujudkannya,inilah pentingnya TIME BOND. 

0 komentar: