Sore
ini suasana Stadion Gelora Sriwijaya Palembang masih seterik kemarin
saat aku melakukan liputan sesi uji lapangan tim Arema dan Persib
Bandung yang nanti malam akan bertanding di final Inter Island Cup.
Seharusnya terik itu bisa sedikit diteduhkan oleh senyum gadis yang saat
ini duduk di sebelahku, di tribun media. Sayang, saat ini paras manisnya tertutup oleh mendung yang bergelayut di mukanya.
Kupandangi
terus gadis yang tatapannya tak lepas dari para pemain Persib yang
sedang melakukan pemanasan di sisi lapangan sebelah utara. Matanya terus
mengikuti sesosok pemain Maung Bandung bernomor 10.
"Mai,
sudahlah jangan dilihatin terus," sapaku singkat, namun tak membuyarkan
lekat tatapan hangatnya pada pria yang kupastikan hingga saat ini masih
tersimpan indah dalam memori gadis itu.
"Move on Mai," sapaku lagi, kali ini sambil mencoba menyenggol bahu mungilnya. Namun gadis yang kupanggil Mai itu tak bergeming.
"Aku masih gak percaya," gumamnya pelan. "Loyalitasnya tergadaikan!!"
Kukernyitkan
dahi, mencoba mencerna sepatah dua patah kata yang digumamkannya.
Otakkku langsung tertuju pada semusim lalu, saat di mana pria pemilik
nomor 10 itu masih sering kuwawancarai. Ya, semusim lalu kuingat dia
mengemban ban kapten tim Arema U-21.
Aku sadar, aku pun yakin
bahwa ucapan si Mai bukan hanya sebatas kekecewaan sebagai seorang fans
kepada bintang idolanya. Yang aku tahu, ada kisah kasih di antara mereka
berdua, dulu. Setidaknya itu yang pernah kudengar dari cerita Mamanya.
*******
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment