Saat kutemukan tangga keibuan Mu
Seperti kesatuan biduk dan penumpang
Rela aku terimbang geram
Perbani pasang takdir Mu
Tuhan
Ada perang yang maha dasyat
Berkecamuk di muatan hati
Aku terjun ke sana dengan ganas, geram
Sambil caya Mu
kutatap.
Sebelum aku pulang ke pelukan bici Mu
Berilah kesempatan menang
Dalam menggisai segumpal darah
Dengan pukulan martil geram
Dari nama Mu sekeras mungkin
Tapi aku lemah
Beratus tembakan yang paling ganas
Hanya menggeliat dalam dadaku.
Tuhan
Pijarkan bara api Mu sehebat mungkin
Biar menghapus lumat hidupku
Aku tengadah, membisu di detik hati
Mengadah harap akan limpahan air ma’rifat
Tuhan, aku haus, aku haus
Aku taka ada Sekarang.
0 komentar:
Post a Comment