Wednesday, April 24, 2013

(9)Kematian. Syam Asinar Radjam



"Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, wahai Rame dewa. Andaikan aku boleh membunuh Rentasan,... maka aku lakukan itu.
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Pemberi hidup, kecuali dengan alasan yang benar," Nasihat dari langit.
"Lalu bagaimana pilihan harus kutempuh ?"
Terlalu sulit menggambarkan obrolan khayali Jelihim dan penguasa langit.Hanya mampu tergambar kembali dengan sisa-sisa kekuatan pengandai-andai bahwa langit bercerita Jelihim dan Rentasan adalah saudara kandung di langit. Dari indok dan rame dewa yang sama.
Jelihim mempertanyakan bagaimana dia harus mematikan Rentasan. Mengingat dia belum pernah membunuh sebelumnya. Dan musuh ini bukanlah musuh biasa.
Pengadai-andai menceritakan Jelihim pesan untuk mengiris 'sesuatu' Rentasan. Dan harus dihidupkan lagi, dengan mencukur tiga jalur.
* * *
Jelihim melesat ke bumi. Selendang berlaga dengan kuduk. Jelihim masuk ke selendang. Tubuhnya dikerubungi libasan kuduk.
Jelihim menghindar-hindar. Dia teringat satu rumpun buluh di dekat kute mati. Menghindar untuk bersiasat bukanlah pengecut. Tubuh kuyuhnya menghindar-hindar, selendang berkibas-kibas, menyelaputi bayangan tubuh.
Jelihim terbang menjauh, tubuh rentasan mengejar. Pukulan demi pukulan beruntun dari belakang. Jelihim terbang serupa gasing. Menghindari tabrakan dengan batu-batu raksasa sekaligus menghindari serangan di belakang punggung.
Rumpun bambu di depan muka. Jelihim mempercepat langkahnya, tubuhnya melayang dari debu ke debu. Rentasan menghentakkan tenaga yang tersimpan. Bayangan tepat di kepala Jelihim. Serangan berasal dari arah yang sama. Hawa panas tangan Rentasan membekukan isi kepala Jelihim.
Selang waktu sejenak saja, dapat menghancurkan isi kepala Jelihim. laki-laki itu menahan kepalanya dengan kibasan telapak tangan dua belas kali di atas ubun-ubun kembarnya.
Tak urung tenaga dari atas membuatnya terguling-guling. Jelihim melanjutkan gulingan menghindari kilatan bola api dari tangan Rentasan. Jelihim memang tak lebih lemah dari Rentasan. Tapi dia tak bisa membunuh Rentasan.
Tubuh lelaki Jelihim bergulingan terus ke rumpun bambu. Daunnya telah gugur terpanggang oleh tangan Rentasan. Burung sirna sarangnya.
Hanya beberapa batang yang utuh, yang lain roboh melapuk mengikuti kejatuhan daun. Jelihim menyambar dan memotongnya dengan ujung kuku, membuat sembilu.
Jelihim menahan-nahan kuduk dengan bilah sembilu. Jelihim kewalahan. Sembilunya tak lebih sakti. Tebasan kuduk mengancamnya. Jelhim merendahkan bahu. Sembilu menyerang arah pusar.
Berhasil, baju Rentasan tersobek. Tapi pusarnya tak tergores sedikitpun. Rentasan terbahak, mentertawakan kelucuan gerakan sembilu,...
Srettt,
Jelihim memotong ujung jari telunjuk Rentasan. Kelengahan itu harus dibayar mahal. Satu buku jari telunjuk putus. Rentasan tertegun, mukanya merah menahan marah. Kuduknya mengacung ke atas, membuat gerakan menebas ke Jelihim yang tertegun tepat sebahu di muka Rentasan.
Tak ada kesempatan berlari, bukan kesempatan tapi kemampuan Jelihim hilang, kaku dia melihat darah mengucur,...
"Aahhhhhhkk,..."
Rentasan tersungkur, hilang kekuatannya terpotong sembilu.
* * *
Dan orang-orang berhenti berlaga.

0 komentar: